INDOPOS.CO.ID – Koalisi partai politik (Parpol) yang terjadi pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2024 ternyata tidak linear atau berbeda pada pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur Banten 2024.
Beredar kabar, Gerindra mengusung kadernya Andra Soni ketua DPRD Banten sebagai bakal calon Gubernur yang akan berpasangan dengan Dimyati Natakusumah dari PKS, parpol pengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di Pilpres.
Sementara partai Golkar mengusung kadernya Airin Rachmi Diani sebagai bakal calon Gubernur menggandeng Ade Sumardi ketua DPD PDIP Banten sebagai bakal calon wakil Gubernur, pendukung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di pilpres.
Padahal, dalam pilpres lalu Andra Soni menjabat sebagai koordinator Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Subianto -Gibran Rakabuming Raka, dan Airin Rachmi Diani sebagai ketua TKD Koalisi Indonesia Maju (KIM) tersebut.
Pengamat politik dan pakar komunikasi Emrus Sihombing mengatakan, koalisi dalam politik tidak ada yang permanen, namun semua pragmatis dan hanya berbicara mereka akan mendapat keuntungan apa jika mendukung calon si A atau si B.
“Sulit untuk mendapatkan pemimpin yang pro rakyat dan idealis, sepanjang parpol masih cenderung pragmatis dalam menentukan calon yang akan mereka usung di Pilkada, termasuk di Pilgub Banten,” ungkap Emrus Sihombing yang juga dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) ini kepada indopos.co.id, Sabtu (29/6/2024).
Ia mencontohkan, di Pilpres lalu Partai Gerindra dan Golkar sebagai partai utama dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) pendukung pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakambuming Raka, kini malah berpotensi akan berhadap-hadapan dalam Pilgub Banten, dimana kedua parpol itu mengusung masing masing kader mereka sebagai bakal calon Gubernur. Dan ironisnya, mereka sama sama berkoalisi dengan parpol diluar KIM, yakni, PDIP dan PKS.
“Ini jelas tidak memberikan pendidikan politik yang baik terhadap masyarakat dan mereka tidak memiliki idealis, namun hanya berpikir bagaimana cara menang di Pilkada, tanpa memikirkan dampak psikologis masyarakat akibat dari ekses pilpres lalu,” terang komunikolog Indonesia ini.
Maka tak heran kata Emrus, mengutip pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan, antaranggota masyarakat masih terlibat perselisihan dalam urusan politik. Padahal, para elite partai politik yang bersaing justru sudah rukun dan ngopi ngopi bareng.
“Sekali lagi saya katakan, sepanjang parpolnya masih pragmatis jangan harap kita akan mendapatkan pemimpin yang pro rakyat dan memiliki idealis, baik di pusat maupun di dearah,” tegasnya. (yas)